Sabtu, 29 Maret 2014

Sejarah Makam Imogiri

Permakaman Imogiri, Pasarean Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks permakaman yang berlokasi di Imogiri, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. Permakaman ini dianggap suci dan kramat karena yang dimakamkan disini merupakan raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Permakaman Imogiri merupakan salah satu objek wisata di Bantul. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu.
Sejarah

Ketika Sinuhun Hanyokrowati (Sinuhun Sedo Krapyak) meninggal, maka puteranya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom pada waktu sedo itu sedang pergi tirakat ke pegunungan Selatan. Sehingga sebagai wakil pemegang pemerintahan ialah Gusti Pangeran Martopuro. Sesudah setahun lamanya ia bertirakat, maka ia pulang dari pegunungan tersebut sebab sudah sedikit lama dicari-cari oleh penghulu Katangan, tapi sebelum menjadi penghulu. Pada tahun 1627, ia masuk ke kerajaan dan pemegang kekuasaan Mataram saat itu ialah Prabu Hanyokrokusumo.

Sesudah itu Pangeran Martopuro pergi meninggalkan kerajaan menuju Ponorogo. Atas permintaan rakyat maka wakil dari Pangeran Adipati Anom, yaitu Pangeran Purboyo memerintahkan penghulu Ketegan untuk mencari Pangeran Adipati Anom. Akhirnya terdapatlah Pangeran Adipati Anom sedang bertapa di Gunung Kidul, kemudian ia dibawa pulang ke kerajaan.

Sesudah itu, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi Raja Kerajaan Mataram. Ia adalah raja yang cerdik dan pandai sehingga rakyatnya maupun makhluk halus serta jin takluk dan tunduk atas kekuasaannya dan Negeri Mataram terkenal sebagai pelindung penyakit.

Karena bijaksananya, maka setiap hari Jum'at, ia dapat pergi sujud ke Mekkah dengan secepat kilat. Sesudah 5 tahun ia memerintah, kerajaannya dipindahkan ke Kerta-Plered dan selanjutnya Kanjeng Sultan ingin memulai membuat makam di Pegunungan Girilaya yang terletak di sebelah Timur Laut Imogiri yang dipergunakan sebagai makam raja. Tetapi sebelum makam itu selesai, pamannya yaitu Gusti Pangeran Juminah lebih dulu mengajukan permintaan. Kemudian Sinuhun merasa kecewa.
Tidak lama kemudian, pamannya meninggal seketika. Sesudah pamannya meninggal, Kanjeng Sultan Agung melemparkan pasir yang berasal dari Mekkah yang akhirnya pasir tersebut jatuh di Pegunungan Merak dan seterusnya Sinuhun segera membuat makam raja di pegunungan yang besar dan tinggi tersebut.

 Pemakaman Imogiri tahun 1890

 Pintu masuk ke makam Sultan Agung

Tangga Pemakaman Imogiri
Sebelum memasuki makam raja, terdapat banyak anak tangga yang lebarnya sekitar 4 meter dengahn kemiringan 45 derajat yang menghubungkan pemukiman dengan makam. Anak tangga di Permakaman Imogiri berjumlah 409 anak tangga. Menurut mitos yang dipercayai oleh sebagian masyarakat, jika pengunjung berhasil menghitung jumlah anak tangga dengan benar, maka semua keinginannya akan terkabul. Sebagian anak tangga memiliki arti tertentu, yaitu:
  • Anak tangga dari pemukiman menuju daerah dekat masjid berjumlah 32 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun pada tahun 1632.
  • Anak tangga dari daerah dekat masjid menuju pekarangan masjid berjumlah 13 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung diangkat sebagai raja Mataram pada tahun 1613.
  • Anak tangga dari pekarangan masjid menuju tangga terpanjang berjumlah 45 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung wafat pada tahun 1645.
  • Anak tangga terpanjang berjumlah 346 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun selama 346 tahun.
  • Anak tangga di sekitar kolam berjumlah 9 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan Walisongo.
 Peta Makam Imogiri

 Tangga Permakaman Imogiri dilihat dari atas

 Tangga Permakaman Imogiri dilihat dari bawah

Penghianatan kerajaan
Pada saat Kerajaan Mataram ingin menguasai Jayakarta, ada seorang penghianat yang bernama Tumenggung Endranata memberitahukan kepada Belanda bahwa Kerajaan Mataram ingin menguasai Jayakarta dan memberitahukan keberadaan lumbung-lumbung pangan prajurit Kerajaan Mataram. Mengetahui penghianatan tersebut, Tumenggung Endranata ditangkap dan dipenggal kepalanya. Jasadnya dibagi menjadi 3 bagian dan dikubur di areal Permakaman Imogiri secara terpisah, yaitu:
  • Kepalanya dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang
  • Badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang (Anak tangga yang permukaannya tidak rata)
  • Kakinya dikubur di tengah kolam
Hal ini dilakukan oleh Sultan Agung agar setiap orang yang ingin mengunjungi makam pasti menginjak salah satu dari bagian-bagian jasadnya dan untuk mengenang sekaligus memperingatkan rakyatnya agar penghianatan tidak terjadi lagi.

Anak tangga yang tidak rata merupakan makam dari tubuh Tumenggung Endranata

Areal makam raja
Sebelum memasuki areal permakaman terdapat Gapura Supit Urang, Pendopo Supit Urang, Tempat Juru Kunci dan 4 Tempayan Suci. Areal makam raja dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:

1. Astana Kasultan Agung

Di sini dimakamkan
  • Sultan Agung,
  • Sri Ratu Batang,
  • Hamangkurat Amral, dan
  • Hamangkurat Mas.
Sebelum memasuki makam Sultan Agung terdapat tiga gapura yang melambangkan tiga tahapan hidup manusia, yaitu: alam rahim, alam duniawi, dan alam kubur. Gerbang pertama bercorak bangunan hindu yang terbuat dari susunan batu bata merah tanpa semen dengan bentuk Candi Bentar dan diberinama Gapura Supit Urang. Di bagian dalam gerbang pertama terdapat dua buah paseban yang berada di sisi Barat dan Timur gerbang.

Gapura Supit Urang

Pendopo Supit Urang

Gerbang ke 2 dari Makam Sultan Agung

2.  Wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat

Wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi empat hastana dan di sini dimakamkan raja-raja dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat, yaitu:
- Paku Buwana
  • Sri Paduka Paku Buwana I
  • Sri Paduka Hamangkurat Jawa
  • Sri Paduka Paku Buwana II
- Kasuwargan Surakarta
  • Sri Paduka Paku Buwana III
  • Sri Paduka Paku Buwana IV
  • Sri Paduka Paku Buwana V
- Kapingsangan Surakarta
  • Sri Paduka Paku Buwana VI
  • Sri Paduka Paku Buwana VII
  • Sri Paduka Paku Buwana VIII
  • Sri Paduka Paku Buwana IX
- Grimulya Surakarta
  • Sri Paduka Paku Buwana X
  • Sri Paduka Paku Buwana XI
  • Sri Paduka Paku Buwana XII

 3. Wilayah makam raja Yogyakarta Hadiningrat

Wilayah makam raja Yogyakarta Hadiningrat dibagi menjadi 3 hastana dan disini dimakamkan raja-raja dari Kerajaan Yogyakarta Hadiningrat, yaitu:
- Kasuwargan Yogyakarta
  • Sri Paduka Hamangku Buwana I
  • Sri Paduka Hamangku Buwana III
- Besiyaran Yogyakarta
  • Sri Paduka Hamangku Buwana IV
  • Sri Paduka Hamangku Buwana V
  • Sri Paduka Hamangku Buwana VI
- Saptorenggo Yogyakarta
  • Sri Paduka Hamangku Buwana VII
  • Sri Paduka Hamangku Buwana VIII
  • Sri Paduka Hamangku Buwana IX
Peninggalan Sultan Agung

Di Pemakaman Imogiri ini juga terdapat peninggalan-peninggalan Sultan Agung yang bertuah dan menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Peninggalan-peninggalan tersebut yaitu:
  • Air Suci dari Empat Tempayan
  • Cincin Kayu yang terbuat dari tongkat Sultan Agung
  • Daun Tujuh Macam
Air Suci Dari Empat Tempayan

Sebelum memasuki areal makam Sultan Agung, terdapat empat buah tempayan yang berada di atas gerbang kedua. Tempayan-tempayan ini merupakan pemberian dari empat kerajaan kepada Sultan Agung.
  • Tempayan pertama yang terletak di sisi Barat merupakan pemberian dari Kerajaan Sriwijaya (Palembang) yang diberi nama Nyai Danumurti.
  • Tempayan kedua merupakan pemberian dari Kerajaan Samudera Pasai (Aceh) yang diberi nama Kyai Danumaya.
  • Tempayan ketiga merupakan pemberian dari Kerajaan Ngerum (Turki) yang diberi nama Kyai Mendung'.
  • Tempayan keempat merupakan pemberian dari Kerajaan Syam (Thailand) yang diberi nama Nyai Siyem.
Oleh Sultan Agung, keempat tempayan ini diisi air yang dipergunakan untuk berwudhu. Air dari keempat tempayan tersebut disebut air suci dan memiliki khasiat yang dapat memberi kekuatan dan sarana pengobatan. Pada awalnya tidak sembarang orang yang dapat meminum air dari tempayan-tempayan tersebut. Saat terjadinya Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengirimkan surat kepada Sri Sultan Hamengkubuwana IX agar prajurit TNI yang bertempur di Yogyakarta diperbolehkan untuk meminum air suci tempayan tersebut. Sultan memperbolehkan para prajurit untuk meminum air tersebut. Usai meminum air tersebut, kekuatan prajurit bertambah sehingga dapat memenangkan pertempuran melawan Belanda.

Saat ini, masyarakat umum dapat diperbolehkan meminum air suci dari tempayan tersebut melalui juru kunci makam. Air ini bisa diambil selama masih ada air yang tersisa di dalam tempayan tersebut, karena tidak sembarang hari tempayan-tempayan ini dapat diisi air. Upacara khusus untuk mengisi keempat tempayan ini dengan air yang dilakukan setahun sekali dinamakan Nguras Enceh. Upacara ini dilaksanakan setiap Jumat Kliwon di bulan Sura (Muharam). Jika di bulan tersebut tidak ada hari Jumat Kliwon, maka upacara pengisian air ini dapat dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon. Bagi yang mempunyai kepercayaan (percaya), air tersebut dapat menjadi sarana tolak bala serta dapat digunakan sebagai perantara untuk mengobati berbagai penyakit. Bagi pengunjung yang ingin mengambil air suci dan membawanya pulang, diperbolehan dengan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut, yaitu:
  • Pertama, yang memebawa air tersebut harus menyimpannya dengan baik.
  • Kedua, sebelum diminum harus membaca Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas masing-masing tiga kali untuk Sultan Agung.
  • Ketiga, jika ingin membawanya pulang, pengunjung diminta memberikan sumbangan seikhlasnya (Uang sumbangan ini digunakan untuk membantu pembiayaan upacara Nguras Enceh).
Air suci tersebut jika dibawa pulang, khasiatnya dapat bertahan selama satu tahun, terhitung sejak diambil dari tempayan. Air suci tersebut dapat dicampur, namun harus menggunakan air mentah. Karena, jika dicampur dengan air yang sudah dimasak, khasiat dari air suci ini akan hilang.

 Tempayan Nyai Danumurti

Tempayan Kyai Danumaya

Tempayan Kyai Mendung

Cincin kayu

Kayu berbentuk cincin tersebut berasal dari tongkat Sultan Agung yang ditanam lalu berubah menjadi pohon yang besar. Pohon itu ditebang dan kayunya dibuat menjadi cincin. Jika ingin membawa pulang cincin tersebut, pengunjung harus dites terlebih dahulu, apakah kayu tersebut mau mengikuti pengunjung yang ingin membawa pulang cincin tersebut atau tidak. Kayu berbentuk cincin tersebut akan ditaruh di air. Jika tenggelam, maka pertanda bahwa cincin tersebut mau mengikuti pengunjung. Kayu ini, konon sangat berkhasiat bagi pemiliknya.

Daun tujuh Macan

Daun ini bisa digunakan sebagai pengobatan bagi suami-istri yang sudah lama menikah namun tidak punya anak.

 Jadwal Pembukaan makam Imogiri Untuk umum

Makam Imogiri dibuka setiap:
  • Hari Jum'at, Mulai pukul 13.00.
  • Hari Senin, mulai pukul 10.00.
  • Hari Minggu, mulai pukul 10.00.
  • Tanggal 1 dan 8 bulan Syawal, mulai pukul 10.00.
  • Tanggal 10 bulan Besar, mulai pukul 10.00.
Pada bulan Puasa dan hari besar agama Islam, Makam Imogiri ditutup untuk umum.

Tata Cara Berpakaian

Ada tata cara berpakaian tertentu yang harus dilakukan ketika ingin memasuki kompleks makam di bagian dalam.

Pengunjung pria yang ingin memasuki kompleks makam di bagian dalam harus mengenakan kain panjang, baju peranakan, dan blangkon. Pengunjung wanita yang ingin memasuki makam di bagian dalam harus mengenakan kain panjang, kemben, dan melepas semua perhiasan.

* Sumber : wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar